Pages

Kamis, 29 Maret 2012

Tragedi Bintaro 1987

   Kecelakaan kereta api yang diakibatkan oleh kelalaian petugas Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman untuk kereta api dari arah Rangkasbitung. Kecelakaan yang terjadi pada tanggal 19 Oktober 1987 di daerah Bintaro, Tangerang ini merupakan kecelakaan kereta api yang paling fatal, dan paling buruk yang pernah terjadi di Indonesia.
   Korban-korban berjatuhan, sebagian besar mayat yang di temukan dalam kondisi tidak utuh. Kereta api  KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanah Abang-Merak bertabrakan di dekat stasiun Sudimara, Bintaro. Dari sumber yang di dapat jumlah korban sangat besar yakni 153 orang tewas dan 300 orang luka-luka, dikarenakan pada saat kejadiaan persis pada jam sibuk.
   Peristiwa itu merupakan yang terburuk setelah peristiwa tabrakan kereta api tanggal 20 September 1968, yang menewaskan 116 orang. Tabrakan terjadi antara kereta api Bumel dengan kereta api cepat di Desa Ratujaya, Depok.

   Bermula ketika KA 225, Stasiun Sudimara pada pukul 6:45. Selang 5 menit kemudian, Jamhari, (petugas PPKA Sudimara) menerima telepon dari Umriadi (Petugas PPKA Kebayoran Lama) yang mengabarkan KA no.220 berangkat menuju Sudimara. Jamhari pun lantas memerintahkan masinis KRD 225 yang berada di jalur 3 dilansir ke Jalur 1.
   Di kilometer 18 dari Stasiun Tanah Abang peristiwa terjadi. Mendekati Kampung Bintaro seperti biasa, peluit kereta dibunyikan oleh masinis Slamet. Namun dari arah yang berlawanan tiba-tiba datang KA 220. Tak ayal dua lokomotif yang terdiri dari tujuh gerbong dan sama-sama sarat dengan penumpang tersebut bertabrakan secara frontal. Beberapa penumpang yang duduk di atas atap sempat melompat namun sebagian lagi tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya kondisi gerbong yang beradu muka sama-sama hancur mengenaskan.

   Polisi menyebutkan, kesalahan terindikasi dilakukan oleh Pemimpin Perjalanan KA (PPKA) Stasiun Serpong yang lalai melihat tanda di komputer bahwa kereta dari arah Stasiun Sudimara sudah diberangkatkan. Tanpa melihat komputer, ia langsung memberangkatkan KA jurusan Jakarta. Sementara dari arah Jakarta (Stasiun Sudimara) pun kereta sudah melaju.

   Akibat tragedi tersebut masinis Slamet Suradio diganjar 5 tahun kurungan. Ia juga harus kehilangan pekerjaan, maka ia memilih pulang ke kampung halamannya menjadi petani di Purworejo sana. Kini ia menapaki masa senjanya dibalut kemiskinan dan menanti seberkas sinar terang untuk memperoleh pengakuan atas jerih payah pengabdian selama lebih 20 tahun di atas roda besi.

   Nasib yang serupa juga menimpa Adung Syafei (kondektur KA 225). Dia harus mendekam di penjara selama 2 tahun 6 bulan. Sedangkan Umriadi (Pemimpin Perjalanan Kereta Api, PPKA, Stasiun Kebayoran Lama) dipenjara selama 10 bulan.

  Curhat dikit, hahaha waktu itu ibu aku ikut nyaksiin kejadian KA ini, kebetulan dia sekolah di SMAN 86. Katanya bau darahnya itu loh gak nahan, baunya amis banget. banyak mayat-mayat kondisinya udah berantakan. biasanya kalau mau pulang ke Bintaro lewat jalan deket TKP, hii ngebayanginnya sereeeem, gimana kalau ngeliat langsung ya..
   Mudah-mudahan kejadian kaya gini gak terulang lagi di Indonesia, semoga kejadian tahun 1987 ini bisa di jadiin pelajaran buat kita semua. :)

Sedikit pencerahan dari:  http://biz-ads.blogspot.com/2012/01/mengenang-tragedi-bintaro.html

3 komentar:

  1. hmmm....
    Kl saya taunya sih dr lagunya Iwan Fals ini :D

    Soalnya kejadiannya sebelum sy lahir sih. . .

    BalasHapus
  2. iyaa, kejadian ini juga sebelum saya lahir. tapi kebetulan ibu saya ikut nyaksiin dan ngebagi ceritanya :), kejadian ini juga di filmkan, judulnya Tragedi Bintaro. :D bisa di search diyoutube :D

    BalasHapus
  3. kejadian ini tepat di hari pertama sya lahir yaitu tgl 18 oktober 1987 ,

    BalasHapus